Sabtu, 28 Juni 2014

Psikoanalisa Sigmund Freud

Sejarah Singkat
Teori psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud, seorang neurolog dari Austria. Beliau lahir di Moravia, 6 Mei 1856 dan meninggal di London, 23 September 1939. Ketika Freud lahir, ayahnya berumur 40 tahun dan ibunya (istri ketiga dari ayah Freud) berumur 20 tahun. Ayahnya sangat ketat dan otoriter. Saat dewasa, Freud mengenang masa kecilnya yang penuh kebencian, dendam, dan marah terhadap ayahnya. Beliau menulis bahwa merasa unggul atas ayahnya pada awal umur dua tahun.
Ibunya ramping dan menarik. Perlakuannya terhadap Freud kecil sangat protektif dan penuh kasih sayang. Freud merasa penuh gairah, situasi yang menyusun tingkat dari konsep mendatangnya tentang Oedipus Kompleks (penyimpangan). Banyak dari teori Freud yang menggambarkan pengalaman masa kecilnya dan untuk itu dapat dianggap sebagai autobiografi yang natural. Sepanjang karakteristik dari kepribadian Freud selama hidupnya adalah orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi, ambisi kuat untuk sukses, dan mimpi atas kemenangan dan ketenaran.
Saat di sekolah kedokteran, Freud memulai eksperimen dengan cocaine (pada saat itu cocaine bukan merupakan obat-obatan ilegal dan masih belum diketahui bahwa cocain dapat menyebabkan efek adiktif). Ia menjadi sangat antusias tentang zat tersebut, dan zat ajaib yang akan menyembuhkan banyak penyakit dan menjadi sarana mengamankan pengakuan yang diinginkannya. Karena artikelnya tentang manfaat cocaine, yang kemudian dihakimi sebagai wabah penggunaan cocaine di Eropa dan United States, ia dikritik untuk bagiannya dalam melepaskan wabah cocaine.
Freud belajar selama beberapa bulan di Paris dengan psikiater Jean Martin Charcot, pelopor dalam penggunaan hipnosis. Charcot juga mengingatkan Freud dengan dasar seksual mungkin neurosis. Setelah beberapa tahun dalam praktek klinis, Freud yakin bahwa konflik seksual adalah penyebab utama dari semua neurosis.
Merupakan suatu paradoks bahwa Freud, yang menekankan pentingnya seks dalam kehidupan emosional, mengalami begitu banyak konflik seksual pribadi. Sikapnya terhadap seks negatif. Dia menulis tentang bahaya seks, bahkan bagi mereka yang tidak neurotik. Tindakan seks merendahkan, ia menulis, karena terkontaminasi pikiran dan tubuh. Kehidupan seksnya sendiri pada usia 41 tahun.
Selama 3 tahun, Freud mem-psikoanalisakan dirinya melalui studi mimpinya. Dengan demikian, ia merumuskan banyak teori sekitar konflik neurotik sendiri dan pengalaman masa kecil, seperti yang disaring melalui penafsiran tentang mimpi-mimpinya. Teori Freud, kemudian, dirumuskan awalnya secara intuitif, yang diambil dari pengalaman dan kenangan.
Struktur Kepribadian
Freud membagi struktur kepribadian dalam teori psikoanalisa ke dalam tiga komponen penting, yaitu: id, ego, dan superego. Mereka berinteraksi satu sama lain dan tidak berpisah.
Id
Id merupakan sistem kepribadian yang asli atau struktur kepribadian yang paling mendasar, tempat di mana ego dan superego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan sesegera mungkin. Id bersifat menuntut, impulsif, buta, irasional, asosial, egois, dan menyukai kesenangan. Untuk mencari pemuasan, seseorang dapat melakukannya melalui tindakan langsung (reflex action) atau melalui peng-imajinasian bahwa dia mendapatkan yang diinginkannya (primary-process thought).
Ego
Fungsi ego adalah untuk mengekspresikan dan memuaskan hasrat id sesuai dengan dua hal: peluang dan hambatan yang ada di dunia nyata, dan tuntutan superego nantinya. Ego mengikuti prinsip kenyataan (reality principle). Ego menurut Freud bersifat logis, rasional, dan toleran terhadap tegangan. Dalam tindakannya, ego dikontrol oleh tiga hal, yaitu: id, superego dan dunia nyata. Dalam mencapai kepuasan, ego berdasar pada proses sekunder. Proses sekunder yang dimaksud adalah berpikir realistis dan rasional.
Superego
Superego merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita sebagaimana diterangkan orangtua kepada anak mengenai nilai baik, buruk, benar dan salah. Superego merupakan representasi internal aturan moral dunia sosial dan eksternal. Dia berfungsi mengontrol perilaku sesuai dengan aturan-aturan, memberikan imbalan (rasa bangga, menyukai diri sendiri) bagi perilaku “baik” dan hukuman (rasa bersalah, merasa inferior) untuk perilaku yang “buruk” (ego-ideal).

Perkembangan Kepribadian
Frued membagi perkembangan kepribadian itu dalam 5 tahap yaitu: oral, anal, phallic, talensi dan genital.
1.    Tahap Oral
Tahap ini berlangsung 1-2 tahun pertama kehidupan. Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Macam-macam aktivitas oral, yaitu: mengisap, menggigit dan menelan makanan. Pada fase ini balita merasa puas bisa makan dan menyusui sehingga terjadi hubungan yang emosional antara anak dan ibu.
Ada 2 cara berperilaku pada tahap ini:
·         Incorporative oral, yang termasuk pada incorporative oral ini adalah makan, minum, mengisap dan mencium.
·         Oral aggressive, ini terjadi jika anak merasa kesakitan, frustasi atau hal lainnya yang mengganggunya.
2.    Tahap anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu.
Pada fase ini seringkali orang tua merasa direpotkan dengan perilaku balita yang suka buang air sembarangan tanpa memperhatikan waktu dan tempat, sehingga seringkali orang tua menjadi keras ke anaknya dan membuat anak tersebut menjadi gagal melewati fase ini. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.
3.    Tahap phallic
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Tahap ini terjadi selama umur 4 sampai 5 tahun.
Tahap phallic ini disebut juga dengan fase erotik, fase ini berkembang pada anak umur 3 sampai 6 tahun. Fase tampak  paling menonjol  pada anak laki-laki dimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkali membuat marah orangtuanya. Pada fase ini Frued juga mengemukakan tentang masalah Oediphus dan Electra complex tentang kelekatan anak laki-laki kepada ibunya dan juga ada teori tentang "penis envy" dan ini terjadi pada anak perempuan dimana anak perempuan ini akan dekat kepada bapaknya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.
4.    Tahap latensi
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten. Kegagalan pada fase ini akan menyebabkan kepribadian yang kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.
5.    Tahap genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak.
Pada tahap ini anak mulai menyukai lawan jenis dan melakukan hubungan percintaan lewat berpacaran. Dan pada masa ini pula seorang anak akan mulai melepas diri dari orangtuanya dan belajar bertanggung jawab akan dirinya.

Operant Conditioning







Operant Conditioning

Operant conditioning merupakan salah satu dari dua jenis pengondisian dalam pembelajaran asosiasi (associative learning). Pembelajaran asosiatif adalah pembelajaran yang muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan dua peristiwa. Dalam operant conditoning, individu belajar mengenai hubungan antara sebuah perilaku dan konsekuensinya. Sebagai hasil dari hubungan asosiasi ini, setiap individu belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian ganjaran dan mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian operant conditioning adalah sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku (King, 2010 :356).



Prinsip-Prinsip Operant Conditioning



1) Penguatan (reinforcement)

Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.

a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif)

Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang.

Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif

b. Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)

Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari ibunya.

Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik.
* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik

* Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik



2) Hukuman (Punishment)

Penguatan negatif (negative reinforcement) tidaklah sama dengan hukuman, keduanya sangat berbeda. Penguatan negatif lebih bertujuan untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan hukuman lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam penguatan negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan pada hukuman respon akan menurun karena konsekuensinya. Sebagai contoh, ketika kita meminum obat saat kita sakit kepala dan hasilnya sakit kepala kita hilang , maka kita akan meminum obat yang sama saat kita mengalami sakit kepal. Penghilangan rasa sakit kepala pada kasus ini merupakan penguatan negatif, sedangkan apabila setelah meminum obat ternyata kita mendapat alergi, maka tentunya kita tidak akan meminum obat yang sama lagi sebab mendapat alergi dalam kasus ini merupakan sebuah hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak akan mengulangi hal yang sama.

Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main pedang-pedangan menggunakan pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut salah diarahkan. Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya bermain-main menggunakan pisau.

Hukuman positif dan hukuman negatif

Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai contoh, seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya dan malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih mengutamakan pelajarannya



Stimulus Operant Conditioning



1) Generalization (Generalisasi)

Generalization pada operant conditioning adalah memberikan respon yang sama terhadap stimulus yang sama atau mirip. Fokus perhatiannya adalah tingkat dimana perilaku disamaratakan dari satu situasi ke situasi yang lain.

Sebagai contoh, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang dan menyayangi anjing keluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimang anjing itu dengan anjing yang lain. Contoh lain, seorang guru memuji siswanya apabila siswa itu mengajukan pertanyaan yang bagus yang berhubungan dengan bahasa Inggris, hal ini disamaratakan dengan kerja keras dalam sejarah, matematika maupun dalam mata pelajaran yang lain.



3) Discrimination (diskriminasi)

Diskriminasi dalam operant conditioning berarti melibatkan perbedaan antara stimulus-stimulus dan kejadian-kejadian lingkungan, atau dapat diartikan merespon stimulus yang menunjukkan bahwa sebuah perilaku akan atau tidak akan dikuatkan.

Sebagai contoh, Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan hal itu bisa saja berbahaya ( dapat dikatakan, anjing tetangga sangat galak dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan cara oranng tua menunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak. Contoh lain, seorang siswa tahu bahwa wadah di meja guru yang bertulisan “ Matematika” adalah tempat ia harus meletakkan tugas matematika hari ini, sementara wadah lainnya yang bertulisan “ Bahasa Inggris “ adalah tempat tugas bahasa inggris hari ini harus diletakkan.



4) Extinction (Pelenyapan)

Extinction merupakan suatu penghentian penguatan. Jika dalam suatu kasus dimana pada perilaku sebelumnya individu mendapat penguatan kemudian tidak lagi dikuatkan sehingga akan ada kecenderungan penurunan perilaku, maka hal inilah yang dinamakan munculnya suatu pelenyapan (extinction).

Seorang siswa mendapatkan beasiswa setiap kali berhasil menjadi juara kelas. Namun, suatu ketika beasiswa dihentikan karena adanya kekurangan dana dari pihak si pemberi beasiswa sehingga tidak sanggup lagi memberi bantuan. Ketika pihak pemberi beasiswa tersebut tidak memberi lagi beasiswa, semangat belajar siswa tersebut menjadi menurun.

Pelenyapan juga merupakan suatu strategi menghentikan penguatan dimana pelenyapan ini menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Hal ini dikarenakan banyaknya perilaku yang tidak tepat dipertahankan akibat adanya penguatan positif terhadap perilaku tersebut. Sebagai contoh, orangtua yang kurang peka terkadang cenderung lebih memperhatikan perilaku yang tidak baik dari anaknya, seperti menegur, memarahi, membentak, dan sebagainya tanpa sedikitpun memperhatikan hal-hal baik yang dilakukan oleh anaknya, seperti memuji prestasi-prestasi dan kelakuan baik anak-anaknya. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya suatu pelenyapan terhadap penguatan pada hal-hal negatif yang dilakukan anaknya dan lebih memperhatikan dan memunculkan penguatan pada hal-hal positif yang dilakukan si anak.


Classical Conditioning



Classical Conditioning
                       
   Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflects). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan America Psychological Association (A.P.A.) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping Freud.
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
            Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985).
            Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Percobaan Pavlov mengenai fungsinya kelenjar ludah pada anjing merupakan contoh klasik bagaimana perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan. Proses pembentukan perilaku semacam itu di sebut proses pensyaratan (Conditioning prosess). Air liur anjing yang secara alami banyak hanya keluar apabila ada makanan, pada akhirnya dengan proses pensyaratan air liur dapat keluar sekalipun tidak ada makanan.
Berikut ini adalah percobaan Pavlov beserta dengan langkah-langkahnya :
Pertama anjing disajikan tepung daging (US), menimbulkan respon anjing berupa air liur (UR). Pada situasi lain disajikan cahaya lampu (CS), ternyata tidak menghasilkan respon keluarnya air liur, alih-alih anjing hanya memperhatikan lampu. Hal ini merupakan keadaan prabelajar. Selanjutnya tepung daging disajikan hampir bersamaan dengan cahaya lampu secara berulangan-ulang (US + CS yang menghasilkan UR + CR). Inipun merupakan proses pembelajarannya.
1. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.
2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karen anjing melihat daging.
3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.

Pada akhirnya anjing mengeluarkan air liur (UR) ketika disajikan cahaya (CS) sekalipun tidak diikuti penyajian tepung daging. Keluarnya air liur sebagai respon terhadap stimulus cahaya ini di sebut perilaku hasil belajar atau hasil pengkondisian. Apabila ada dua hal yang prosedural yang harus dipenuhi dalam percobaan ini yaitu : (1) penyajian CS itu segera diikuti oleh US, dan
(2) hal yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sampai CR terbentuk.
Dalam percobaan yang lain cahaya itu diganti dengan bunyi bel sebelum diberikan makanan kepada anjing dibunyikan bel, setelah hal yang demikian itu diulang-ulang secukupnya, maka dengan mendengar bunyi bel saja anjing telah mengeluarkan air liur.
Percobaan selanjutnya dilakukan untuk mengetahui apakah respon bersyarat yang telah terbentuk itu dapat dihilangkan. Prosedurnya, perangsang bersyarat yang telah menimbulkan respon bersyarat disajikan berulang-ulang tanpa diikuti perangsang tak bersyarat. Mula-mula anjing mengeluarkan air liur, lama kelamaan dia tidak lagi mengeluarkan air liur, sekalipun menyaksikan perangsang bersyarat.
Kesimpulannya, dalam percobaan-percobaan ini anjing belajar bahwa cahaya lampu ataupun bunyi bel itu mula-mula sebagai datangnya makanan (pembentukan CR), kemudian ia belajar bahwa cahaya lampu atau bunyi bel sebagai pertanda tidak ada makanan (penghilang CR).

 Prinsip Classical Conditioning

1)      Penguasaan (akuisisi)
Penguasaan atau bagaimana organisme mempelajari sesuatu respon atau respon baru berlaku beberapa tingkatan. Juga semakin sering organisme itu mencoba, lebih kuat penguasaan berlaku.

 Stimulus Classical Conditioning

1)       Generalisasi (generalitation)
Dalam eksperimennya, Pavlov juga telah menggunakan lonceng yang berbeda nada, tetapi anjing itu masih mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa sesuatu organisme yang telah terlazim dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim (RTT seperti lonceng) juga akan menghasilkan respon terlazim (GT = keluar air liur) walau pun rangsangan itu berbeda atau hampir sama (yaitu, nada lonceng yang berbeda). Dengan kata lain, organisme itu dapat membuat generalisasi bahwa suara yang berbeda atau hampir sama mungkin diikuti dengan respon (makanan).
2)      Diskriminasi (Discrimination)
Pavlov juga mendapati bahwa apabila dia mengubah nada lonceng, anjing itu masih mengeluarkan air liur. Bila nada lonceng itu jauh berbeda dari lonceng yang asli, anjing tersebut tidak mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa organisme tersebut dapat membedakan atau mendikriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Yaitu, sesuatu organisme mampu untuk bergerak balas ke sesuatu rangsangan tetapi tidak ke rangsangan yang lain.

3)    Penghapusan (Extinction)
Jika sesuatu rangsangan terlazim (lonceng) tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim (makanan), lama kelamaan organisme itu tidak akan melakukan respon.

MODELING (Pemodelan / Teori peniruan)


Pemodelan / Teori peniruan
( Belajar dengan menonton orang lain )



Albert Bandura adalah salah satu pendukung kontemporer yang paling berpengaruh dari pandangan kognitif pembelajaran

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi

Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. salah satu kontribusi paling penting adalah untuk menekankan bahwa orang belajar tidak hanya melalui pengkondisian klasik dan operan tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain

Selain mempengaruhi pelajar secara langsung, konsekuensi kontingen perilaku bisa juga mempengaruhi siapa saja yang kebetulan menonton orang melakukan perilaku dan mengalami konsekuensi (Bandura, 1969, 1986)

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Vicarious reinforcement kita tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk meniru semua perilaku semua model, namun. kita jauh lebih mungkin untuk meniru model yang perilakunya diperkuat (penguatan vikarius), daripada ketika kita melihat perilaku menghukum dalam model tersebut (hukuman vikarius) vicarius punishment. dengan tidak adanya pengetahuan langsung dari penguatan vicarious dan hukuman, kita lebih cenderung untuk meniru perilaku model yang statusnya tinggi , menarik, menyenangkan, dan sukses, mungkin karena kita menganggap perilaku mereka sering menjadi penguatan.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perdebatan telah berpusat pada jenis model yang disajikan kepada anak-anak di tv. sayangnya, bukti eksperimental yang kuat nampaknya menegaskan ketakutan ini. tampak bahwa televisi yang mengajarkan anak-anak untuk memilih makanan manis, terlibat dalam meniru peran seks, dan mungkin yang paling mengkhawatirkan, melakukan kekerasan.



Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura

*Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan

*Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain

*Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model







Eksperimen Albert Bandura

Bandura percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional Learning atau jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi sesuatu yang sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah satu kontribusi yang sangat penting dari Albert bandura adalah menekankan bahwa manusia belajar tidak hanya dengan classical dan operant conditioning, tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain. Yang mana teori tersebut disebutnya dengan peniruan atau modeling.

Untuk mengatahui seberapa jauh kebenaran teorinya tersebut, Albert Bnadura melakukan penelitian pada dua orang anak untuk mengetahui keagresifan atau rasa ketakutan mereka. Dia menempatkan kedua anak tersebut di laboratoriumnya dengan kondisi yang sama dan perlakuan yang berbeda, kemudian memperbandingkan proses belajarnya dengan menggunakan tontonan film. Percobaan tersebut sering dikenal sebagai percobaan dengan boneka bobo doll. Bandura memposisikan anak pertama pada satu ruangan yang telah tersedia satu buah boneka besar yang telah diikat oleh Bandura.

Begitu juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada ruangan dengan kondisi yang sama. Kemudian anak pertama diberikan tontonan film action(film laga), sedangkan anak yang kedua tidak diberi tontonan film action tsb. Setelah perlakuan tersebut, kedua anak itu dibiarkan berada pada ruangannya masing – masing dengan boneka yang telah disiapkan sebelumnya.

Sesaat kemudian, anak yang pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang ada pada film yang telah ia tonton sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya diam dan memperhatikan boneka yang ada dihadapannya tanpa melakukan hal – hal yang bersifat action seperti pada anak yang pertama. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama lebih agresif dibandingkan anak yang kedua. Pola belajar yang dilakukan oleh anak tersebut disebut dengan modeling (peniruan). Dimana terlihat jelas bahwa anak yang pertama meniru segala gerakan atau aksi yang dilakukan oleh pemain – pemain film action yang ia tonton dan kemudian ia terapkan kepada boneka bobo doll yang ada dihadapannya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cara belajar dengan modeling.


1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh: Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.