Sabtu, 28 Juni 2014

Classical Conditioning



Classical Conditioning
                       
   Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflects). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan America Psychological Association (A.P.A.) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping Freud.
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
            Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985).
            Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Percobaan Pavlov mengenai fungsinya kelenjar ludah pada anjing merupakan contoh klasik bagaimana perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan. Proses pembentukan perilaku semacam itu di sebut proses pensyaratan (Conditioning prosess). Air liur anjing yang secara alami banyak hanya keluar apabila ada makanan, pada akhirnya dengan proses pensyaratan air liur dapat keluar sekalipun tidak ada makanan.
Berikut ini adalah percobaan Pavlov beserta dengan langkah-langkahnya :
Pertama anjing disajikan tepung daging (US), menimbulkan respon anjing berupa air liur (UR). Pada situasi lain disajikan cahaya lampu (CS), ternyata tidak menghasilkan respon keluarnya air liur, alih-alih anjing hanya memperhatikan lampu. Hal ini merupakan keadaan prabelajar. Selanjutnya tepung daging disajikan hampir bersamaan dengan cahaya lampu secara berulangan-ulang (US + CS yang menghasilkan UR + CR). Inipun merupakan proses pembelajarannya.
1. US (unconditioned stimulus) = stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.
2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karen anjing melihat daging.
3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.

Pada akhirnya anjing mengeluarkan air liur (UR) ketika disajikan cahaya (CS) sekalipun tidak diikuti penyajian tepung daging. Keluarnya air liur sebagai respon terhadap stimulus cahaya ini di sebut perilaku hasil belajar atau hasil pengkondisian. Apabila ada dua hal yang prosedural yang harus dipenuhi dalam percobaan ini yaitu : (1) penyajian CS itu segera diikuti oleh US, dan
(2) hal yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sampai CR terbentuk.
Dalam percobaan yang lain cahaya itu diganti dengan bunyi bel sebelum diberikan makanan kepada anjing dibunyikan bel, setelah hal yang demikian itu diulang-ulang secukupnya, maka dengan mendengar bunyi bel saja anjing telah mengeluarkan air liur.
Percobaan selanjutnya dilakukan untuk mengetahui apakah respon bersyarat yang telah terbentuk itu dapat dihilangkan. Prosedurnya, perangsang bersyarat yang telah menimbulkan respon bersyarat disajikan berulang-ulang tanpa diikuti perangsang tak bersyarat. Mula-mula anjing mengeluarkan air liur, lama kelamaan dia tidak lagi mengeluarkan air liur, sekalipun menyaksikan perangsang bersyarat.
Kesimpulannya, dalam percobaan-percobaan ini anjing belajar bahwa cahaya lampu ataupun bunyi bel itu mula-mula sebagai datangnya makanan (pembentukan CR), kemudian ia belajar bahwa cahaya lampu atau bunyi bel sebagai pertanda tidak ada makanan (penghilang CR).

 Prinsip Classical Conditioning

1)      Penguasaan (akuisisi)
Penguasaan atau bagaimana organisme mempelajari sesuatu respon atau respon baru berlaku beberapa tingkatan. Juga semakin sering organisme itu mencoba, lebih kuat penguasaan berlaku.

 Stimulus Classical Conditioning

1)       Generalisasi (generalitation)
Dalam eksperimennya, Pavlov juga telah menggunakan lonceng yang berbeda nada, tetapi anjing itu masih mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa sesuatu organisme yang telah terlazim dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim (RTT seperti lonceng) juga akan menghasilkan respon terlazim (GT = keluar air liur) walau pun rangsangan itu berbeda atau hampir sama (yaitu, nada lonceng yang berbeda). Dengan kata lain, organisme itu dapat membuat generalisasi bahwa suara yang berbeda atau hampir sama mungkin diikuti dengan respon (makanan).
2)      Diskriminasi (Discrimination)
Pavlov juga mendapati bahwa apabila dia mengubah nada lonceng, anjing itu masih mengeluarkan air liur. Bila nada lonceng itu jauh berbeda dari lonceng yang asli, anjing tersebut tidak mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa organisme tersebut dapat membedakan atau mendikriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Yaitu, sesuatu organisme mampu untuk bergerak balas ke sesuatu rangsangan tetapi tidak ke rangsangan yang lain.

3)    Penghapusan (Extinction)
Jika sesuatu rangsangan terlazim (lonceng) tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim (makanan), lama kelamaan organisme itu tidak akan melakukan respon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar