Namun perlu dicatat, bahwa istilah Psikopat, yang sejak 1952
diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi dinamakan Sosiopat
(Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan dalam DSM IV. Yang ada
dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer di seluruh Amerika Serikat
(dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater dan psikolog di
Indonesia) itu adalah 10 jenis Kelainan Kepribadian (Personality Disorders)
(American Psychiatric Association, 1994: 629).
Seorang psikopat dapat
melakukan apa saja yang diinginkan dan yakin bahwa yang dilakukannya itu benar.
Sifatnya yang pembohong, manipulatif, tanpa rasa kasihan atau rasa bersalah
setelah menyakiti orang lain, tanpa ekspresi, sulit berempati dengan orang lain
dan mudah mengancam siapa saja, bahkan kadang-kadang ia dapat bertindak kejam
tanpa pandang bulu. Pembicaraan mengenai dirinya sangat melambung tinggi dan
melihat kelemahan dirinya ada pada orang lain dan tidak peduli terhadap
siapapun.
Di Amerika Serikat, Psikopat cukup banyak. Di Indonesia data
pastinya memang belum ada. Dra. Tieneke Syaraswati, DNS, Ed, M.Fil, A.And dari
FKUI mensinyalir jumlahnya pasti banyak.
Apa penyebabnya (etiologi) ? Sama
seperti definisi dan ruang lingkup, tidak berbicara jelas tentang faktor-faktor
penyebab kelainan kepribadian yang bernama psikopat ini. Sampai saat ini,
banyak penelitian yang mendukung berbagai aspek penyebab kelainan ini antara
lain :
1. Kelainan di otak. Hubungan antara gejala Psikopat dengan kelainan
sistem serotonin, kelainan struktural (“…decreased prefrontal grey matter,
decreased posterior hippocampal volume and increased callosal white matter) dan
kelainan fungsional (… dysfunction of particular frontal and temporal lobe)
otak. (Pridmore, Chambers & McArthur 2005).
2. Lingkungan. Mereka yang
berkepribadian psikopat memiliki latar belakang masa kecil yang tidak memberi
peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. (Kirkman, 2002).
3.
Kepribadian sendiri. Adanya korelasi antara perilaku orang-orang dengan sindrom
psikopat, dengan skor yang tinggi dalam tes kepribadian Revised NEO Personality
Inventory (NEO-P-I-R,1992). (Miller & Lynam, 2003)
Selain beberapa
penelitian diatas masih banyak lagi penelitian tentang etiologi psikopat.
Sebagian besar psikolog dan psikiater masih berpegang pada faktor lingkungan
dalam timbulnya kepribadian psikopat ini. Bagaimana mendeteksinya ? Kesulitan
metodologis dalam penelitian tentang Psikopat, terutama datang dari terbatasnya
kasus yang tersedia. Karena itu beberapa penelitian hanya didasarkan pada satu
kasus saja (Hare, 1993; Litman, 2004; Bauchard, 2002).
Beberapa penelitian lain
terbatas pada sampel tertentu yang bias, seperti Narapidana, hanya bisa
dilakukan terhadap topik-topik yang lebih umum dan bisa menggunakan responden
umum seperti studi komparatif (N orang dengan indikasi Psikopat berdasarkan DSM
IV = 89, N kontrol = 20) (Dolan & Fullam, 2004), atau studi simulasi (N
mahasiswa S1 = 174) (Guy & Edens,2003).
Walaupun tidak dapat menentukan
penyebabnya, saat ini terdapat alat yang baik untuk mendiferensiasi antara
orang-orang dengan gejala psikopat dengan yang tidak, yaitu Psychopath Check
List – Revised (PCL-R) yang dikembangkan oleh Prof.Robert Hare yang terdiri
atas 20 kuesioner yang memiliki skor 0-2 di setiap pertanyaan.
Sedikit kutipan
dari 20 pertanyaan dalam PCL-R tentang ciri-ciri psikopat, sebagai berikut (5)
: 1. Persuasif dan memesona di permukaan.
2. Menghargai diri yang berlebihan.
3. Butuh stimulasi atau gampang bosan.
4. Pembohong yang patologis.
5. Menipu
dan manipulatif.
6. Kurang rasa bersalah dan berdosa.
7. Emosi dangkal.
8.
Kasar dan kurang empati.
9. Hidup seperti parasit.
10. Buruknya pengendalian
perilaku.
11. Longgarnya perilaku seksual
12. Masalah perilaku dini (sebelum
usia 13 tahun).
13. Tidak punya tujuan jangka panjang yang realistis.
14.
Impulsif.
15. Tidak bertanggung jawab atas kewajiban.
16. Tidak bertanggung
jawab atas tindakan sendiri.
17. Pernikahan jangka pendek yang berulang.
18.
Kenakalan remaja.
19. Melanggar norma.
20. Keragaman kriminal.
Indonesia saat
ini menggunakan Tes Minessota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2)
untuk mendeteksi kepribadian psikopat ini yang didalamnya terdapat skala
klinis, Skala isi, dan Skala penunjang. Pada awalnya tes MMPI-2 digunakan dalam
pelayanan kesehatan jiwa, kemudian meluas ke kalangan militer dan pemerintahan
sebagai bagian dari seleksi dan rekruitmen calon pegawai, pejabat (Legislatif
& Eksekutif), termasuk calon presiden dan wakilnya. Alat ukur lain yang
digunakan berdasarkan teori yang sudah eksis (metode deduksi) adalah Primitive
Defense Guide (Helfgott, 2004), Rorschach (Cunliffe & Gacono, 2005), ToM
(Theory of Mind) (Dolan & Fullam, 2004; Ritchell, et al. 2003), SCT
(Sentence Completion Test) (Endres, 2004), dan NEO PIR (Miller & Lynam,
2003).
Bisakah disembuhkan ? Sebagai kelainan kepribadian yang belum bisa
dipastikan penyebabnya, Psikopat belum bisa dipastikan bisa disembuhkan atau
tidak. Perawatan terhadap penderita psikopat menurut pengamatan Hare, bukan
saja tidak menyembuhkan, melainkan justru menambah parah gejalanya, karena
psikopat yang bersangkutan bisa semakin canggih dalam memanipulasi perilakunya
yang merugikan orang lain..Beberapa hal, kata Hare akan membaik sendiri dengan
bertambahnya usia, misalnya energi yang tidak sebesar waktu muda. Menurut
Tieneke, perilaku psikopatik biasanya muncul dan berkembang pada masa dewasa,
mencapai puncak di usia 40 tahun-an, mengalami fase plateau sekitar usia 50
tahun-an lantas perlahan memudar. “ Psikopat juga bisa disebabkan kesalahan
pola asuh.” Tambahnya. Saran Tieneke, “Waspadai anak yang pemarah, suka
berkelahi dan melawan, melanggar aturan merusak, dan bengis terhadap hewan
serta anak yang lebih kecil”.
Di sisi lain, Kirkman (2002) yang percaya bahwa
psikopat terbentuk karena salah asuh pada masa kecil, berpendapat bahwa
Psikopat bisa dicegah sedini mungkin dengan memberikan asuhan yang tepat
sehingga meminimalkan resiko individu kekurangan afeksi pada masa kecilnya.
Indikasi KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dapat disebabkan karena
kepribadian Psikopat ternyata mungkin.
Menurut Dr. Husein Anuz Sp.KJ, “Ayah yang
Psikopat cenderung memberikan anak yang psikopat juga.”. Ini menunjukkan
besarnya peran faktor lingkungan. Biasanya Anak akan meniru apa yang dilakukan
Orang Tua nya, jadi tidak heran kasus KDRT rata-rata disebabkan karena apa yang
mereka perbuat kepada keluarganya saat ini seperti apa yang orang tua mereka
dulu perbuat terhadap keluarganya.
Di beberapa negara timbul reaksi di
masyarakat akibat ketidaktahuan tentang penyembuhan psikopat. Masyarakat
mencoba melindungi diri melalui Undang-Undang. Di Belanda, UU Anti Psikopat
diluncurkan dua kali (Abad XX dan di tahun 2002). Demikian pula di AS, hukum
anti psikopat dimulai tahu 1930-an yang ditujukan pada Sex Offenders.
(Granlund, 2005; Quinn, Forsyth & Mullen-Quinn, 2004).
Yang terpenting
adalah penanganan korban psikopat. Penanganan korban psikopat seringkali harus
mengalami proses penyembuhan yang panjang dan sulit. Umumnya mereka jatuh dalam
trauma yang mendalam. Jadi, tak perlu membuang waktu untuk mengubah Psikopat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar