Jumat, 27 Juni 2014

INTELIGENSI

INTELEGENSI
Pengertian Intelegensi

Inteligensi atau kecerdasan, merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang dimiliki oleh manusia.Intelegensi yaitu  kemampuan kognitif pada individu untuk belajar dari pengalaman, serta melakukan penalaran dengan baik, dan untuk menganai permasalahan sehari-hari. Beberapa ahli psikologi memberikan beragam arti mengenai inteligensi,yairu:
Claparde dan Stern, intelegensi yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
 David Wechsler inteligensi yaitu kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah untuk beradaptasi dan menguasai lingkungan secara efektif.
William Stern, inteligensi yaitu kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam situasi yang baru.

Perbedaan Pandangan Tentang Intelegensi

Inteligensi: Kemampuan Umum atau Khusus?

Menurut Galton, inteligensi yaitu sebuah faktor umum yang memberikan dasar bagi kemampuan khusus yang kita miliki. Menurut konsep, kita lebih bisa seperti mengembangkan kemampuan mekanik, musik, artistik, ataupun jenis kemampuan lainnya. Menurut Charles Spearman intelegensi yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir dan menimbang. Spearman membagi intelegensi menjadi dua faktor yaitu :
·        General ability atau general faktor (faktor G)
Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya (mendasari semua perilaku orang).Faktor ini selalu didapati dalam semua performance.
·        Special ability atau special faktor (faktor S)
Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu (berfungsi pada perilaku-perilaku khusus saja). Sehingga kalau faktor “s” seseorang dalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.

J.P Guilford (1982), mengambil lebih posisi ektrem dibandingkan Thurstone, bahwa 150 kemampuan berbeda menghiasi apa yang kita sebut sebagai Inteligensi. Howard Gardner juga membantah bahwa ada beberapa banyak jenis dari Inteligensi. Gardner  yakin bahwa ada jenis yang terpisah dari Inteligensi antara lain dengan mempelajari pasien yang menderita kerusakan otak pada beberapa bagian dari cerebral korteks. Gardner juga mempelajari kemampuan menarik dari seorang individu dengan Savant Syndrome. Di mana individual mempunyai inteligensi umum yang rendah tapi menunjukkan kemampuan yang luar biasa di bidang seni, musik ataupun aritmatika. Sebagai hasil dari investigasinya, Gardner mempunyai pendapat bahwa ada 8 tipe independent inteligensi,yaitu :

·        Inteligensi linguistik ( Linguistic intelligence)
Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral/lisan maupun secara tertulis. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa secaa umum
·        Inteligensi matematis-logis ( Logical – mthematical intelligence )
Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Orang yang memiliki intelegensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja.
·        Inteligensi ruang-visual (Spatial intelligence )
Kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat memperkirakan letak benda itu.
  • Inteligensi kinestetic-badani (bodily- kinesthetic intelligence )
Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Orang yang memiliki intelegensi kinestik-badani dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka.
  • Inteligensi musikal ( Musical intelligence )
Kemampuan untuk mengembangkan , mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan menciptakan lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian.
  • Inteligensi interpersonal ( Interpersonal intelligence )
Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam intelegensi inti.
  • Inteligensi intrapersonal ( Intrapersonal intelligence )
Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri.
  • Inteligensi lingkungan / naturalis ( Naturalist intlligence )
Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Orang yang punya intelegensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup diluar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan klasifikasi tanaman dan binatang.


Komponen kognitif dari perilaku Intelegensi

Pendekatan ini yang menyarankan bahwa dasar dari inteligensi dapat diterangi dengan apa yang telah di pelajari dalam penelitian kognisi, terutama dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sebuah model proses informasi dari kognitif.
Stenberg sudah mengusulkan sebuah teori sementara dari inteligensi yang menentukan langkah-langkah kognitif bahwa seseorang harus menggunakan penalaran serta pemecahan dari beberapa masalah atau dalam hal sederhana, yaitu dalam komponen kognitif dari inteligensi

  • Encode (mental yang mewakili dalam sistem memory dalam beberapa bentuk yang dapat digunakan) semua relevan infomasi tentang masalah. Dalam hal ini, orang mungkin mengkodekan informasi terkait pengacara, bahwa seorang pengacara tahu hukum, mewakili yang lain sebelum pengadilan, memperoleh bayaran untuk memberikan pelayanan dan sebagainya. Untuk client, informasi bahwa ini adalah seorang individu yang memperoleh asisten internasional dan membayar biaya untuk layanan tersebut perlu untuk encode, dan seterusnya untuk setiap atribut-atribut dari semua istilah dalam masalah.
  • Infer (menduga) sifat hubungan antara istilah dalam masalah. Dalam hal ini, penting untuk melihat bahwa pengacara dan client berhubungan karena seorang pengacara menyediakan layanan untuk biaya dan seorang client memperoleh layanan dengan membayar biaya.
  • Map atau mengidentifikasi karakteristik umum di dalam pasangan elemen-elemen. Dalam hal ini, orang harus melihat bahwa antara pengacara-pengacara dan dokter menyediakan layanan untuk bayaran dan bahwa antara clien dan pasien memperoleh layanan dengan membayar biaya.
  • Apply ( berlaku )hubungan identifikasi antara pengacara dan clien untuk hubungan antara dokter dan pasien.
  • Compare jawaban-jawaban alternatif
  • Respon antara jawaban. Dalam hal ini “pasien”

Stenberg berpendapat bahwa jalan ini kelihatan dalam inteligensi yang tidak lebih memberikan kita cara yang nyaman untuk menggambarkan tahapan-tahapan dalam pemikiran inteligensi. Dia memberikan kita sebuah kerangka kerja untuk menemukan yang mana komponen-komponen paling penting dalam menentukan  seseorang yang memiliki inteligensi lebih dari yang lain.

Fluid dan Crystallized Intelligence
Fluid intelligence adalah kemampuan untuk belajar dan memproses secara cepat informasi serta menciptakan strategi baru untuk mengatasi permasalahan yang baru, sedangkan crystallized intelligence adalah   kemampuan untuk menggunakan informasi  dan kemampuan yang telah dipelajari sebelumnya untuk memecahkan permasalahan yang biasa dihadapi.
Perbedaan antara fluid intelligence dengan crystallized intelligence terletak pada penggunaannya pada situasi dan usia-usia tertentu. Contohnya, untuk menangani masalah-masalah dalam perkuliahan dibutuhkan fluid intelligence untuk memproses informasi-informasi baru secara cepat dan melekatkannya dalam memori, sedangkan untuk menangani masalah-masalah kehidupan, seperti jalan menuju sukses, mengatasi kemiskinan, dan menjalani hidup yang bahagia lebih menekankan pada crystallized intelligence, yang biasanya lebih sering diterapkan oleh orang-orang yang sudah berusia lanjut. Inilah alasan mengapa tugas-tugas kepemimpinan lebih sering diserahkan kepada orang-orang yang telah mencapai usia 40 tahun.



Mengukur Inteligensi: Tes IQ (Intelligence Quotient)
Alfred Binet adalah orang yang pertama kali mengembangkan pengukuran tes inteligensi pada tahun 1903.Ia mencoba mengukur inteligensi siswa prancis untuk memberikan mereka bantuan remedial dan mengidentifikasi dengan memberikan tugas kepada mereka, yang terdiri dari kelompok usia yang sama, dan telah dicap “pintar” atau “bodoh” oleh guru mereka. Jika sebuah tugas dapat diselesaikan oleh mahasiswa yang pintar, dan tidak dapat diselesaikan oleh mahasiswa yang bodoh, ia menganggap tes itu sudah tepat. Di Amerika Serikat, tes Binet disempurnakan oleh Lewis Terman dari Stanford University, dan sekarang tes tersebut (Stanford-Binet Intelligence Scale) masih sering digunakan. Tes yang sejenis juga dikembangkan oleh David Weschler, dan dikenal sebagai Weschler Intelligence Scale, yang terdiri dari tes untuk anak-anak dan orang dewasa (WISC-IV & WAIS- IV/WAIS-R).
Tes inteligensi tidak dapat benar-benar mengukur inteligensi yang dimiliki seseorang, tapi tes inteligensi dapat memprediksi bagaimana seseorang dapat bertindak dalam situasi yang membutuhkan pemecahan menggunakan inteligensi, misalanya di sekolah atau pekerjaan.
Konstruksi Tes Inteligensi
Skor yang diperoleh dari tes Binet adalah banyaknya jumlah jawaban yang benar dikaitkan dengan usia mental seseorang. Jika anak berusia 10 tahun mampu menjawab 100 pertanyaan dengan benar maka orang yang hanya mampu menjawab 100 pertanyaan dikelompokkan memiliki usia mental 10 tahun. Jika usia mental seseorang lebih tinggi dari usia kronologisnya (usia yang sebenarnya) maka inteligensinya berada si atas rata-rata, begitu juga sebaliknya.
Untuk dapat membandingkan usia mental beberapa orang secara tepat, dibutuhkan tes IQ. Tes IQ adalah angka yang merupakan nilai inteligensi seseorang yang didapat dari hasil tes inteligensi. IQ ini diperoleh dari usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologisnya, lalu dikalikan 100.
SKOR IQ
Sebelumnya, pendekatan Binet untuk menghitung IQ diperoleh dari IQ ratio, yaitu rasio antara usia mental seseorang dan usia kronologisnya. Namun, IQ rasio tidak digunakan lagi saat ini karena ada batasan yang signifikan mengenai konsep usia mental. Misalnya, seorang anak yang berusia kronologis 4 tahun dengan IQ 150 memiliki usia mental 6 tahun. Namun, kemampuannya untuk menangani situasi-situasi yang mengandalkan inteligensi tidak sebaik anak yang benar-benar berusia kronologis 6 tahun.
Saat ini, telah dikembangkan pendekatan baru untuk mengukur kemampuan intelektual dengan menggunakan IQ deviasi, yaitu hasil IQ berdasarkan tingkat deviasi dari skor rata-rata seseorang pada tes inteligensi.Skor kebanyakan orang yang mengikuti tes inteligensi jatuh pada distribusi normal, yang berarti banyak orang yang memperoleh skor rata-rata, atau skor yang mendekati rata-rata pada tes tersebut.Jadi, skor yang terletak hanya beberapa poin di atas atau di bawah skor rata-rata berarti lazim, sedangkan yang terletak jauh di atas atau di bawah skor rata-rata berarti tidak lazim.

Karakteristik Tes Inteligensi yang Baik
Untuk mengetahui hasil tes inteligensi yang tepat, dibutuhkan instrument tes yang baik pula agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Untuk itu, diperlukan beberapa kriteria seperti yang tertulis di bawah ini:
1. Terstandarisasi
Tes inteligensi yang diterapkan pada setiap orang haruslah sama agar bisa membandingkan hasil kemampuan seseorang dengan yang lainnya. Jika tidak, hasil tes yang didapatkan juga berbeda-beda. Untuk itu, tes psikologi yang telah didesain mempunyai instruksi yang detail mengenai cara mengelola tes yang telah dibakukan untuk setiap orang.

2. Sesuai Kaidah atau Norma
Tes yang diterapkan harus sesuai dengan kondisi orang-orang pada umumnya untuk memperoleh hasil yang valid.Contohnya, pengembangan tes untuk orang dewasa tidak dapat hanya diberikan kepada mahasiswa, karena sudah jelas mahasiswa relatif lebih unggul dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.

3.   KeobyektifanHasil skor yang diberikan kepada seseorang harus obyektif, tanpa memandang siapa yang memberikan skor. Faktor-faktor yang memengaruhi hasil skor, seperti mood penguji dan prasangka, harus dihindari.

4. Dapat Diandalkan
Skor yang diperoleh dari hasil tes kurang lebih sama jika dikelola oleh dua lembaga yang berebeda atau dua orang penguji yang berbeda. Jika skor yang diperoleh jauh berbeda, maka hasil skor yang diberikan tidak dapat dipercaya.

5. Kevalidan/ Kebenaran.
Suatu tes harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Contohnya, tes inteligensi Weschler atau Stanford-Binet benar-benar dapat memprediksi kemampuan seseorang di sekolah dengan baik.Hal ini disebut dengan valid.

Pentingnya Inteligensi dalam Masyarakat Modern
Tes inteligensi penting karena tes ini dapat memprediksi seberapa baik seseorang dalam melakukan sesuatu dalam hidupnya.Orang-orang dengan inteligensi yang tinggi cenderung belajar lebih, memperoleh hasil yang baik dalam kelulusannya, menyelesaikan studinya tepat waktu.Rata-rata IQ sopir truk adalah dibawah 100 sedangkan rata-rata IQ dokter ataupun pengacara adalah 125 atau lebih dari itu. Orang dengan IQ 85 biasanya sangat drop di sekolah, hidup di garis kemiskinan, mengalami perceraian, dan berada dalam catatan kriminalitas.
1.    Banyak pekerjaan yang hanya menerima lulusan dari universitas atau sederajatnya, dan orang dengan inteligensi lebih tinggi biasanya lebih berkualitas dan lebih banyak diterima.
2.   Dibutuhkan waktu sedikit untuk melatih seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki inteligensi yang rendah
3.   Orang-orang dengan tingkat inteligensi yang tinggi cenderung menampilkan hasil pekerjaan yang memuaskan .
Meskipun kita memiliki skor IQ yang tinggi, inteligensi emosional yang bagus, dan pengetahuan praktis yang memadai, hal-hal tersebut tidak menjamin kita meraih kesuksesan.Bakat tidak secara otomatis membawa kita menuju puncak kesuksesan karena hal tersebut juga ditentukan oleh motivasi dan tekad yang kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar